A. PELVIS
Pelvis merupakan
cincin yang terdiri dari tulang inominata dan sacrum yang
dihubungkan oleh ligamen.
Tulang inominata terdiri
dari os ilium, ischium dan pubis. Masing-masing berperan dalam
menjaga stabilitas 3 dimensi pelvis. Stabilitas pelvis tidak
hanya tergantung
pada struktur tulang tetapi juga pada
struktur ligamen-ligamen yang kuat yang menghubungkan tulang-tulang
tersebut.
Berdasarkan bentuk pintu atas panggul (PAP) , dapat
dibagi atas 4 jenis pelvis (Caldwell & Moloy)
1. Tipe android (pria normal)
2. Tipe gyneacoid (wanita normal)
3. Tipe antropoid
4. Tipe platipeloid
1. Tipe android (pria normal)
2. Tipe gyneacoid (wanita normal)
3. Tipe antropoid
4. Tipe platipeloid
Stabilitas pelvis tergantung
pada integritas weight bearing dari sacroiliaca komplek bagian
posterior. Ligamen-ligamen posterior yang kuat terdiri dari
ligamen sacroiliaca, sacrotuberosum, dansacrospinosum. Ligamen
sacroiliaca posterior merupakan ligamen yang paling kuat karena
mempertahankan posisi normal sacrum pada
cincin pelvis. Ligamen
iliolumbal menghubungkan prosesus transversus lumbal 5
dengan crista iliaca. Ligamen lain yang kuat
adalah ligamen sacrospinosum yang tersusun secara transversal daru
sisi lateral dari sacrum menuju spina ischiaca, mempertahankan
eksternal rotasi dari cincin pelvis.
Ligamen
sacrotuberosum komplek terbentang dari sakroiliaca komplek
posterior menuju ligamen sacrospinosum dan meluas ke tuberositas
ischii. Ligamen-ligamen yang kuat tersebut mempertahankan “vertical
shearing” pada hemipelvis. Jadi ada dua ligamen
yaitu sacrospinosum dan sacrotuberosum yang terletak 90
derajat satu dengan yang lain, sebagai pertahanan kedua kekuatan utama pelvis yaitu
external rotasi dan vertical shearing.
Selain
organ, cincin pelvis juga dilewati oleh pembuluh darah dan syaraf.
Cabang utama arteri iliaca communis didalam pelvis diantara
sendi sacroiliaca dan incisura ischiadica major. Bersama dengan
vena, saraf lumbal dan plexus sacralis, sangat rentan
terhadap fraktur, khususnya yang mengenai bagian posterior
cincin pelvis.
Anatomi
tulang yang membentuk cincin pelvis :
- Os
sacrum
Berbentuk
segitiga dengan batas cranial dan apex menghadap ke caudal. Mempunyai 5
permukaan yaitu :
- Permukaan
ventral disebut facies pelvina, berbentuk konkaf dan menghadap ke
kavum pelvis. Di bagian medial terdapat garis-garis trasversal yang
merupakan sisa dari batas masing-masing ruas disebut linea
trasversae. Pada ujung masing-masing garis terdapat lubang-lubang yang
disebut foramina sacralis ventralis.
- Permukaan
dorsal disebut facies dorsalis. Pada bagian medial terdapat satu
rigi yang disebut crista sacralis media. Disebelahnya terdapat
suatu crista lagi yang disebut crista sacralis intermedia.
Disebelah lateral dan crista sacralis intermedia terdapat 4
pasang lubang yang disebut foramen sacralis posterior. Cornu
sacrale yang terdapat di daerah apex membatasi suatu lubang yang
disebut hiatus sakralis. Garis-garis di lateral foramen
sacralis posterior disebut crista sacralis lateralis.
- Permukaan
ventrocranial yang disebut basis ala sacralis. Ke arah dorsal dari
ala sacralis terdapat suatu tonjolan yang disebut processus
articularis superior. Kearah medialnya terdapat suatu teknik yang
disebut incisura vertebralis superior.
- Permukaan
caudal disebut apex.
- Permukaan
lateral disebut partex lateralis yang terletak disebelah
lateral dari foramina sacralia.
- Os
coxae
Kedua
os coxae akan bertemu disebelah ventral dan berhubungan satu sama
lain disebut simfisis pubis .Tulang ini terdapat dari os ilium,
ischiadiadica dan pubis yang bertemu pada suatu cekungan
disebelah lateral yang disebut acetabulum. Di bawah acetabulum terdapat
lubang besar disebut foramen obturatorium yang pada orang dewasa
tertutup oleh membrana obturatoria.
- Os
ilium
Merupakan
bagian cranial dari 2 bagian, yaitu:
- Alae
ossis ilii yang mempunyai dataran yang menghadap
ke kavum pelvis, lebar, cekung disebut fossa illiaca. Tepi
kranialnya melengkung disebut crista iliaca. Dataran yang menghadap
ke lateral disebut facies external / glutea. Disebelah ventral
crista iliaca berhenti sebagai spina iliaca anterior
superior (SIAS), di sebelah posterior sebagai spina
iliaca anterior inferior.
- Corpus
ossis ilii terletak disebelah kaudal linea arcuata, merupakan
bagian yang tebal, yang disebelah lateral ikut membentuk acetabulum.
Tepi belakang merupakan takik yang besar disebutincisura inchiadica
major, ke arah caudal berakhir sebagai tonjolan disebut spina
inchiadica, dibawahnya terdapat incisura ishiadica minor.
- Os ischii
Terdiri
dari korpus yang ikut membentuk acetabulum, ramus
suprior dan ramus inferior. Corpus osis ilium melanjutkan diri
sebagai corpus ossis ischii yang disebelah caudal melekuk dan mempunyai bulatan
yang kasar disebut tuber iscciadicum (tulang duduk). Ke ventral
melanjutkan diri sebagai ramus inferior ossis ischii.
- Os
pubis
Terdiri
dari corpus, ramus superior dan ramus inferior. Ramus superior
dan inferior bertemu di sebelah ventral sebagai simfisis pubis. Pada
pangkal ramus superior di sebelah atas foramen
obturatorium terdapat sulcus obturatorius. Pada tepi atas ramus
superior di sebelah atas foramen obturatorium terdapat sulkus
obduratorius. Pada tepi atas ramus superior lateral darisimfisis pubis terdapat
tonjolan disebut tuberculum publicum. Foramen
obturatorium dibatasi oleh ramus superior dan inferior ossis
ischii, ramus superior dan inferior ossis pubis. Tepi bawah ramus inferior
ossis pubis kanan dan kiri membentuk sudut arcus pubis.
- PATOFIOLOGI
PELVIS
- Osteomielitis
Osteomielitis
pada tulang pelvis paling sering terjadi pada bagian
sayap tulang ilium dan dapat meluas ke sendi sacro iliaca. Pada
foto terlihat gambaran destruksi tulang yang luas, bentuknya tak beraturan,
biasanya dengan sekwester yang multiple. Sering terlihat skerosis pada tepi
lesi. Secara klinis sering disertai abses dan fisura. Bedanya dengan
tuberkolosis ialah destruksi berlangsung lebih cepat dan pada tuberkolosis
abses sering mengalami kalsifikasi. Dalam diagnosis diferensial perlu
diperkirakan kemungkinan keganasan.
- Osteosarkoma
Merupakan
tumor ganas primer tulang yang paling sering dengan prognosis yang buruk
kebanyakan penderita berumur antara 10-25 tahun. Jumlah kasus meningkat lagi
setelah berumur 50 tahun yang disebabkan oleh adanya degenerasi maligna,
terutama penyakit paget. Pada kebanyakan tumor ini terjadi penulangan
(ossifikasi) dalam jaringan tumor sehingga gambaran radiologinya variable
bergantung pada banyak sedikitnya pada penulangan yang terjadi pada stadium
dini gambaran tumor ini sukar dibedakan dengan osteomielitis.
- Sarkoma
Ewing
Merupakan
jenis tumor ganas yang pembesarannya terjadi dengan cepat, biasanya dalam
beberapa minggu tampak destruksi tulang yang luas dan pembengkakan jaringan
lunak yang besar karena infiltrasi tumor ke jaringan sekitar tulang. Kadang-
kadang tumor ini pada metafisis tulang panjang sehingga sulit di bedakan dengan
osteosarkoma. Tumor ini kadang- kadang memberikan gambaran radiologik yang
sukar dibedakan dengan osteomielitis.
- KLASIFIKASI
FRAKTUR PELVIS
Fraktur pelvis sulit
untuk diklasifikasikan karena banyak sekali pola fraktur yang terjadi. Beberapa
penulis mengklasifikasikan fraktur pelvis tersebut berdasarkan pola
fraktur, mekanisme trauma dan anatomi. Berikut ini kami ajukan klasifikasi fraktur pelvis,
yaitu :
TILE mengklasifikasikan
fraktur pelvis menjadi 3 kelompok yaitu :
- Tipe
A : Meliputi fraktur pelvis yang stabil
A1 :Fraktur
avulsi tanpa gangguan cincin
Biasanya
berlokasi di anterosuperior atau anteroinferior spina iliaca. Bisa juga
terjadi pada tuberositas ischium akibat kontraksi kuat otot hamsring.
A2 :
Fraktur cincin pelvis tanpa peranjakan.
A3: Fraktur
transversal pada sacrum dan coccyx tanpa melibatkan
cincin pelvis
- Tipe
B : Meliputi fraktur-fraktur yang stabil secara vertical tetapi
tidak stabil secara horisontal.
B1 : Trauma
konversi anteroposterior terdiri dari 3 stadium yaitu
Stadium 1 :
Pemisahan simfisis pubis < 2,5 cm tanpa
keterlibatan cincin pelvis posterior
Stadium 2 :
Pemisahan simfisis pubis > 2,5 cm dengan
kerusakan pada cincin pelvis posterior
unilateral
Stadium 3:
Pemisahan simfisis pubis > 2,5 cm dengan
kerusakan cincin pelvis posterior bilateral
B2 : Trauma
kompresi lateral (ipsilateral)
Tidak stabil
pada rotasi internal melibatkan cincin anterior dan posterior dari hemipelvis
ipsilateral
B3 : Trauma
kompresi lateral (kontralateral)
Tidak stabil
pada rotasi internal dan terdapat keterlibatan cincin pelvis
anterior kontralateral terhadap trauma posterior
- Tipe
C :Meliputi fraktur yang tidak stabil baik yang secara vertikal maupun
horisontal.Dibagi menjadi 3 tipe yaitu:
C1 :
Kerusakan pada pelvis anterior dan porterior ipsilateral dengan
instabilitas vertikal dan horisontal pada hemipelvis yang terkena.
C2
: Pemisahan hemipelvis bilateral dengan istabilitas rotasional dan
vertical yang bermakna.
C3
: Fraktur pelvis manapun yang disertai dengan
fraktur acetabulum
Fraktur tipe
ini biasanya diakibatkan oleh trauma dengan energi tinggi dengan instabilitas
ligament atau tulang yang komplit.
Conolly dan
Hedberg mengklasifikasikan fraktur pelvis dalam dua jenis :
1. Fraktur
Mayor
Jika fraktur
mengakibatkan garis transmisi berat badan dari tulang punggung
menuju acetabulum atau fraktur melibatkan ramus pada kedua sisi
dari simphisis pubis. Fraktur mayor meliputi fraktur
dari acetabulum, fraktur dari hemipelvis, fraktur bilateral
dari rami pubis, pemisahan simphisis pubis, dan fraktur
dari sacrum.
2. Fraktur
Minor
Fraktur
minor meliputi fraktur unilateral dari rami pubis,
fraktur ilium yang terisolasi, dan avulse dari pelvis. Conology
dan Hedberg mendapatkan bahwa dari 109 pasien dengan fraktur mayor 28
diantaranya meninggal. Ternyata klasifikasi sederhana ini mempunyai dampak
prognosis yang nyata.
Key dan
Cowell mengklasifikasikan fraktur pelvis menjadi 4 tipe, dimana
klasifikasi ini mempunyai makna yang penting dalam prognosa dan telah digunakan
selama lebih dari tiga decade yaitu sebagai berikut :
1) Tipe
I : fraktur tulang tunggal tanpa
diskontinuitas
cincin pelvis terdiri dari:
(a) Fraktur
avulse : -Spina Iliaca Anterior Posterior
- Spina Iliaca Anterior
posterior
- Tuberositas Ichium
(b)
Fraktur pubis atau ischium
(c)
Fraktur alae os ilium (Duverney)
(d)
Fraktur os sacrum
(e) Fraktur atau dislokasi coccyx
2)
Tipe II : Patahan tulang pada cincin pelvis meliputi
(a)
Fraktur kedua ramus ipsilateral
(b)
Fraktur di dekat atau subluksasi symphisis pubis
(c) Fraktur
didekat sendi
sakroiliaca atau
subluksasi sendi sacroiliaca
3)
Tipe III : Patahan ganda (2) pada cincin pelvis
(a)
Dua buah fraktur vertical atau dislokasi pubis
(b)
Dua buah fraktur vertical atau dislokasi pelvis
(c)
Fraktur multiple yang berat
4)
Tipe IV : Fraktur acetabulum
(a)
Tanpa peranjakan (undisplaced)
(b)
Dengan peranjankan (displaced)
- MEKANISME
DASAR CEDERA PELVIS
Ada 4
mekanisme dasar cedera pelvis, yaitu:
- Kompresi
antero posterior
Cedera ini
biasanya tekanan yang kuat dari anterior ke posterior, terjadi
fraktur ramus pubis atau terbukanya tulang inominata (menjauh satu
sama lain dan rotasi external), dan disrupsi simfisis yang disebut open
book frakture. Di posterior ligamentum sacroiliaca robek atau
terjadi fraktur ilium bagian posterior.
- Kompresi
Lateral
Tekanan dari
samping menyebabkan pelvis mengalami endorotasi dan mengalami
fraktur. Biasanya terjadi pada kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari
ketinggian. Di anterior ramus pubispada satu atau dua sisi terjadi
fraktur. Di posterior terjadi regangan sacroiliaca yang hebat atau
fraktur ilium pada sisi trauma atau sisi yang berlawanan. Jika cedera
pada sacroiliacamenyebabkan peranjakan yang hebat dapat menyebabkan
fraktur instabil.
- Vertical
Shear
Terjadi
vertical displacement pada satu tulang inominata, fraktur ramus
pubis dan regio sacroiliaca. Biasanya terjadi pada orang yang jatuh
pada ketinggian dalam keadaan menumpu pada satu kaki. Fraktur yang
diakibatkannya terutama instabil dan berat, dengan robekan jaringan lunak serta
pendarahan retroperitorial.
4.
Kombinasi Kompresi lateral dan rotasi
Fraktur ini
menyerupai gagang ember (bucket handle), dimana terjadi
fraktur ramus pubis pada sisi yang berlawanan dengan traumanya,
sedang tepi sacrum atau ilium remuk dan terbelah pada
sisi trauma. Jika terjadi frakur pada os sacrum, maka pleksus
sacralis mungkin terkena.
- PEMERIKSAAN
KLINIS FRAKTUR PELVIS
Pemeriksaan
tentang adanya fraktur pelvis ini harus dilakukan secara cermat,
mengingat pada fraktur ini sering terjadi pendarahan, sehingga kita harus
memperhatikan airway, breating, dan sirkulasi dari penderita saat datang. Semua
pasien dengan riwayat trauma abdomen, simpisis atau trauma
extrimitas bawah harus dicurigai adanya trauma pelvis.
A. Anamnesa
Informasi
yang dapat diperoleh dari anamnesa antara lain riwayat trauma yang dapat
memberikan petunjuk tentang tipe fraktur yang mungkin terjadi beserta
komplikasinya. Nyeri hebat pada kantung kemih dapat diketahui adanya kerusakan
pada traktus urinarius, siklus menstruasi pada wanita untuk memastikan
apakah darah yang keluar dari alat kelamin akibat trauma atau akibat menstruasi
ataukah wanita tersebut dalam keadaan hamil, makan dan minum yang terakhir, hal
ini berkaitan dengan cara anastesi yang yang akan dipakai.
B.
Pemeriksaan Fisik
Sebaiknya
dilakukan secara cepat, pada umumnya penderita berada dalam keadaan tidak
sadar. Pemeriksan fisik secara keseluruhan meliputi jalan nafas, aktifitas
jantung, syok serta pendarahan keluar. Pemeriksaan di
daerah pelvis akan didapatkan krepitasi, pembengkakan perineum dan pelvis,
echynosis, laserasi, deformitas, nyeri tekan,
irregularitas simfisis pubis, disamping itu juga terdapat beberapa
luka yang dapat mengaburkan diagnosa dan keterlambatan dalam penatalaksanaan
secara tepat.
Abdomen
seharusnya dipalpasi dengan hati-hati. Adanya iritasi mengarah pada kemungkinan
pendarahan interperitoneal. Cincin pelvis dapat ditekan secara
perlahan-lahan dari samping atau dari belakang ke depan. Rasa nyeri yang
dirasakan diatas regio sacroiliaca sangat penting karena dapat
menandakan adanya destrupsi pada bagian posterior. Pemeriksaan rectal toucher
dapat menemukan rasa nyeri coccygeus dan os sacrum. Jika prostat
sulit diraba pada rectal toucher diduga prostat terlepas yang menandakan trauma
uretra.
Ketidakmampuan
kencing dan adanya darah pada meatus externa merupakan tanda rupture uretra.
Namun tidak ada darah pada meatus externa mungkin mengalami spasme, sehingga
menghambat aliran urin.
Penentuan
stabilitas pelvis dapat dilakukan secara mudah, yaitu dengan:
- Masing-masing
tangan pada spina iliaca anterior posterior dan menekan
hemipelvis. Pada Fraktur tipe “open book” terjadi rotasi externa yang
maksimal dan dapat menutup pada kompresi kedua spina iliaca.
- Meletakkan
satu tangan pada crista iliaca pelvis dan tangan lain
melakukan traksi pada kaki. Pemeriksaan ini untuk mendiagnosa peranjakan
secara vertical.
b. Qrgan
Genitalia feminina
Vulva (pudendum) adalah terminologi terapan untuk
genitalia feminina externa.
Labia majora adalah tonjolan berupa lipatan kulit
berambut mulai dari mons pubis sampai pertemuannya di posterior pada garis
tengah perineum. Labia majora adalah ekuivalen scrotum pada pria.
Labia minora terletak antara labia minora berupa bibir
berkulit lembut yang bertemu di posterior membetuk lipatan tajam disebut fourchette.
Di anterior menyelubungi clitoris membentuk preputium clitoridis di anterior
dan frenulum di posterior.
Vestibulum adalah area yang diselubungi labia minora
dan mengandung orificium urethra externum (terletak kira-kira di posterior
clitoris) dan orificium vagina.
Orificium vagina pada wanita perawan terdapat lapisan
tipis mukosa disebut hymen. Bentuk hymen berupa perforata untuk dilalui darah
menstruasi, dapat juga berbentuk annular, semilunar, septal (cribriformis).
Sangat jarang yang berbentuk imperforata yang dapat menyebabkan distensi vagina
oleh darah menstruasi (haematocolpos). Pada saat coitus pertama, hymen akan
robek umumnya pada bagian posterior atau posterior lateral, dan setelah
melahirkan tidak ada yang tersisa dari hymen kecuali berupa karunkula disebut
caruncula hymenales (myrtiformis).
Glandula Bartholin’s (kelenjar vestibularis terbesar)
adalah sepasang kelenjar berbentuk lobula, pea-sized, menghasilkan mucus
yang dikeluarkan pada bagian posterior labia minora.
Di anterior, masing-masing glandula tumpang tindih
dengan bulbus vestibuli—suatu massa jaringan erektil cavernosa ekuivalen dengan
bulbus spongiosum pada pria. Jaringan ini berjalan ke depan menyelubungi
bulbospongiosus sepanjang sisi vagina kemudian berujung di klitoris.
Aspek Klinis
Pada saat melahirkan introitus vagina dapat diperlebar
dengan melakukan incisi pada perineum (episiotomy). Episiotomy dimulai dari
fourchette kemudian ke arah medio-lateral pada sisi kanan kira-kira 3 cm (1 ½
inci). Kulit, epitel vagina, jaringan lemak subkutan, corpus perinealis dan m.
transversus perinei superficialis terincisi pada tindakan ini.
VAGINA
Vagina menyelubungi cervix uteri kemudian berjalan ke
bawah dan ke depan sepanjang dasar pelvis untuk membuka ke vestibulum.
Cervix uteri terproyeksi ke bagian anterior atap
(superior) vagina sehingga alur servix uteri lebih dangkal di anterior (panjang
dinding vagina 7,5 cm (3 inci)) dan di posterior lebih dalam (panjang dinding
vagina 10 cm (4 inci). Atas dasar itu, alur cervix uteri dibagi menjadi fornix
anterior, posterior dan lateral.
Terdiri dari 3 lapisan: lapisan terluar, berupa
jaringan areolar, lapisan tengah, otot polos, lapisan dalam (dekat introitus),
lapisan epitel squamous stratified
yang membentuk rugae. Tidak memiliki
kelenjar tapi selalu lembab oleh sekresi servix uteri. Pada masa pubertas
sampai menopause terdapat bakteri Lactobacillus
acidophilus yang memproduksi asam laktat untuk menjaga agar keasaman tetap
pada pH 4,9 sampai 3,5 sehingga mikroba patogen tidak masuk ke vagina.
Hubungan
-
Anterior
: dasar vesica urinaria dan urethra (melekat pada dinding anterior vagina)
-
Posterior
: dari bawah kemudian naik mulai dari canalis analis (diantaranya terdapat
corpus perinealis), rectum dan kemudian peritoneum kantong Douglas menutupi
seper-empat bagian atas dinding posterior vagina.
-
Lateral
: m. levator ani, fascia pelvis dan ureter yang terletak dekat dengan fornix lateralis.
Bagi yang tidak mengetahui anatomi, tidak menyadari
bahwa jalannya uterus ke arah atas dan ke depan dari vagina. Jika instrumen
atau IUD (intra uterine device) dimasukkan ke arah belakang melalui fornix
posterior, dapat menembus cavitas peritoneal dan mengakibatkan peritonitis.
Perdarahan
Suplai arteri berasal dari a. iliaca interna melalui
cabang-cabang yaitu a. vaginalis, a. uterina (rami vaginales), a. pudenda
interna dan a. rectalis media (rami vaginales). Pleksus vena-vena mengalirkan
darah melalui v. vaginalis menuju v. iliaca interna.
Aliran
Limfatik
- Sepertiga
atas menuju nodus limfatikus iliaca interna dan eksterna
- Sepertiga
tengah menuju nodus limfatikus iliaca interna
- Sepertiga
bawah menuju nodus limfatikus inguinalis superficialis
Struktur
Vagina
Vagina dan cervix dilapisi epitel squamous stratified,
tidak mengandung glandula dan lubrikasinya sebagian dilakukan oleh mucus cervix
dan sebagian oleh sel-sel epitel desquama vagina. Pada wanita nullipara,
dinding vagina memiliki rugae, tapi akan menjadi lebih halus setelah
melahirkan.
Di bawah lapisan epitel terdapat lapisan tipis yang
memisahkannya dengan lapisan muskular dengan rangkaian serabut otot polos yang
saling berkait (criss cross). Lapisan otot ini tergabung dalam selubung kapsul
fasial yang bercampur dengan jaringan ikat sekitar pada pelvis, sehingga vagina
benar-benar tersokong.
Pada wanita tua, panjang dan diameter vagina menyusut.
Cervix tidak terproyeksi jauh ke dalam vagina sehingga fornix tidak jelas.
UTERUS
Uterus berbentuk buah pir, panjang 7,5 cm (3 inci),
terdiri atas fundus, corpus dan cervix. Kedua tuba uterina (Salpinx; Fallopian)
masuk pada sudut superolateral (cornu) fundus.
Corpus uteri menyempit pada bagian ‘pinggang’ disebut
isthmus, berlanjut menjadi cervix yang dicakup kira-kira setengah cervix oleh
vagina; perlekatan ini membatasi bagian supravaginalis dan cervix bagian vagina
(cervix vaginalis).
Luas isthmus
1,5 mm, menandakan perbedaan dengan corpus uteri tetapi secara histologi mucosanya
sama dengan endometrium. Isthmus adalah bagian uterus yang menjadi segmen bawah
saat kehamilan.
Cavitas uteri pada corpus uteri berbentuk triangular
pada potongan coronal, tetapi pada potongan sagital tidak lebih dari sebuah
celah. Cavitas uteri berhubungan melalui ostium uteri internum dengan canalis
cervicis uteri yang kemudian membuka ke vagina melalui ostium uteri externum.
Pada wanita nullipara, ostium externum berbentuk
sirkuler tetapi setelah melahirkan menjadi celah transversal dengan labium
anterius dan posterius.
Cervix wanita tidak hamil memiliki konsistensi lubang
hidung, pada saat hamil konsistensi bibir.
Pada masa kehidupan fetal cervix lebih besar dari
corpus; pada masa kanak-kanak (uterus infantile) cervix masih memiliki ukuran
dua kali ukuran corpus tetapi selama pubertas uterus membesar sebesar ukuran
dewasa dan proporsinya berkembang sesuai perkembangan tubuh.
Uterus pada wanita dewasa melekuk antara ostium dan
corpus ke depan kira-kira pada tingkat ostium internum membentuk sudut 170°,
disebut uterus anteflexi. Selain itu, axis cervix membentuk sudut 90° dengan
axis vagina disebut uterus anteversi. Sehingga secara garis besar uterus
terletak pada bidang horizontal.
Uterus retroversi jika axis cervix ke atas dan ke
belakang. Normalnya pada pemeriksaan vagina bagian terbawah cervix melipat pada
labia anterior cervix; pada uterus retroversi baik ostium atau labia posterior
adalah bagian yang tampak.
Uterus retroflexi jika axis corpus uterus ke atas dan
ke belakang dihubungkan dengan axis cervix.
Dua kondisi ini (retroversi dan retroflexi) sering
bersamaan, mungkin saja mobile dan tanpa gejala-gejala seperti distensi
vesica urinaria atau terjadi perkembangan yang anomali. Pada kasus yang jarang,
dapat terjadi karena perlekatan, endometriosis atau tekanan tumor pada bagian
depan uterus.
Hubungan
-
Anterior
: corpus berhubungan dengan excavatio vesicouterina dan terletak di permukaan
superior vesica urinaria atau dapat juga di atas intestinum tenue. Cervix pada
bagian atas vagina (portio supravaginalis cervicis) berhubungan langsung dengan
vesica urinaria, hanya dipisahkan oleh jaringan ikat. Cervix pada bagian bawah
vagina (portio vaginalis cervicis) terdapat fornix anterior dan bagian-bagian
di depannya.
-
Posterior
: terdapat excavatio rectouterina (kantung Douglas) dengan intestinum di
dalamnya.
-
Lateral
: lig. latum (lig. broad) dan isinya; ureter terletak 12 mm lateral terhadap
portio supravaginalis cervicis.
Aspek Klinis
Satu hal terpenting yang banyak berhubungan dengan
klinis pada regio ini yaitu ureter pada portio supravaginalis cervicis. Pada
tempat ini ureter terletak sedikit di atas tingkat fornix lateralis, ureter
melintas di bawah a.v. uterina dalam ligamentum latum. Pada tindakan
hysterectomy, ureter dapat dipisahkan saat melakukan klem a.v uterina,
khususnya ketika anatomi pelvis telah berubah karena operasi sebelumnya, massa
fibroid, infeksi atau infiltrasi keganasan.
Jika uterus membesar ke lateral, ureter akan tertekan,
dapat terjadi hydronefrosis bilateral sehingga menimbulkan uremia.
Hubungan terdekat ureter pada fornix lateral dapat
digunakan sebagai cara pemeriksaan batu ureter karena dapat dipalpasi pada
pemeriksaan vagina.
Perdarahan
Arteri uterina (berasal dari a. iliaca interna)
berjalan dalam dasar ligamentum latum dan melintas di atas serta tepat menekuk
pada ureter untuk menuju uterus setinggi ostium internum, kemudian naik dan
membelit uterus, mensuplai corpus, dan beranastomosis dengan a. ovarica. Arteri
uterina juga memberi cabang descendens ke cervix dan cabang ke bagian atas
vagina. Vena-vena berjalan bersama-sama arteri dan mengalirkan ke v. iliaca
interna, tetapi juga berhubungan dengan plexus vena pelvis yaitu plexus venosus
vaginalis dan plexus venosus vesicalis.
Aliran
Limfatik
- Fundus
bersama-sama dengan ovarium dan tuba uterina mengalir ke sepanjang
pembuluh limfe ovarica menuju nodus limfatikus oarticus, sebagian dari
beberapa kelenjar limfatik yang melintas sepanjang lig. teres uteri menuju
nodus limfatikus inguinalis.
- Corpus
mengalir melalui ligamentum latum menuju nodus limfatikus yang terletak
sepanjang a.v. iliaca externa.
- Cervix
mengalir ke tiga tempat: di lateral dalam lig. latum, menuju nodus
limfatikus iliaca externa; di postero-lateral sepanjang a.v. uterina
menuju nodus limfatikus iliaca interna; dan di posterior sepanjang lipatan
rectouterina menuju nodus limfatikus sacralis.
Selalu
lakukan pemeriksaan nodus limfatikus inguinalis pada kecurigaan carcinoma
corpus uteri karena dapat terlibat dalam penyebarannya sepanjang lig. latum.
Struktur
Corpus uteri ditutupi oleh peritoneum kecuali di
anterior di atas vesica urinaria pada isthmus uteri dan di lateral pada lig.
latum. Otot dinding uterus tebal dan serabutnya otot polosnya saling silang
bercampur dengan jaringan ikat fibroelastis.
Lapisan mukosa langsung melekat pada lapisan otot
tanpa ada lapisan submukosa. Mukosa corpus uteri adalah endometrium yang
terdiri atas satu lapisan sel-sel kubus bersilia membentuk glandula tubular
sederhana yang tenggelam ke dalam lapisan otot. Di bawah epitel ini terdapat
stroma jaringan ikat mengandung pembuluh darah dan sel stroma.
Epitel pada canalis cervicis adalah sel-sel kolumner
yang membentuk suatu rangkaian percabangan glandula yang rumit. Sekret cervix
bersifat mukus alkali yang membentuk plak serviks (cervical plug)
bersifat protektif yang mengisi canalis cervicis.
TUBA UTERINA
(TUBA
FALLOPI)
Tuba uterina berukuran kira-kira 10 cm (4 inci);
terletak pada pinggir bebas lig. latum dan membuka ke cornu uteri. Tuba uterina
terbagi menjadi 4 bagian:
- Infundibulum:
berupa ekstremitas berbentuk tonjolan di luar lig. latum dan membuka ke
cavitas peritonealis melalui ostium. Mulut infundibulum berbentuk fimbriae
dan berada di atas ovarium dimana satu fimbria panjang melekat pada
ovarium (fimbria ovarica).
- Ampulla:
lebar, berdinding tipis dan berlekuk.
- Isthmus:
sempit, berdinding tipis dan lurus.
- Bagian
interstitialis: bagian yang menembus dinding uterus.
Struktur
Mulai dari bagian interstitial, tuba uterina
diselubungi peritoneum. Di bawahnya terdapat lapisan otot polos serabut
longitudinal pada lapisan luar dan serabut sirkuler pada lapisan dalam.
Lapisan mukosa dibentuk oleh sel-sel kolumner,
bersilia dan terletak pada lipatan-lipatan longitudinal.
Ovum digerakkan menuju cavitas uteri sepanjang tuba
uterina dengan gerakan peristaltik dan sebagian oleh kerja silia.
Aspek Klinis
- Canalis
genitalis pada wanita adalah satu-satunya hubungan langsung peritoneum
dari dunia luar dan potensial menjadi jalur untuk terjadinya infeksi
misalnya pada infeksi gonorrhea.
- Ovum
yang telah difertilisasi dapat bernidasi (menempel) pada tempat yang bukan
semestinya (ektopik), yaitu tempat selain endometrium pada corpus uteri.
Jika terjadi di tuba uterina maka disebut sesuai tempatnya misalnya
fimbrialis, ampullaris, isthmik, atau interstitialis. Nidasi ektopik
tersering terjadi pada ampulla dan sangat jarang terjadi di bagian
interstitialis.
Jika embrio
ektopik membesar, dapat mengalami abortus ke dalam cavitas peritonealis, atau
juga menyebabkan tuba uterina ruptur ke dalam cavitas peritonealis dan sangat
jarang dapat terjadi ruptur dalam lig. latum.
OVARIUM
Ovarium berbentuk buah almond dengan panjang 4 cm (1,5
inci), dilekatkan pada bagian belakang lig. latum oleh mesovarium. Ovarium
memiliki dua perlekatan yaitu lig. infundibulopelvicum yang dilalui arteri dan
vena dan pembuluh limfe dari sisi dinding pelvis, dan lig. ovarii proprium yang
berjalan ke cornu uteri.
Hubungan
Ovarium umumnya dijelaskan terletak di sisi dinding
pelvis pada fossa ovarica dibatasi oleh a.v. iliaca externa di depannya dan
ureter serta a.v. iliaca interna di belakang dan juga mengandung n.
obturatorius. Tetapi, ovarium secara nyata bervariasi letaknya dan pada wanita
normal sangat sering dijumpai menonjol ke arah kantung Douglas (excavatio
rectouterina).
Ovarium mirip testis, berkembang dari tonjolan
genitalia kemudian turun ke pelvis. Dengan cara yang sama testis juga demikian,
oleh karena itu suplai pembuluh darah dan aliran limfe arahnya berasal dari
dinding posterior abdomen.
Perdarahan
Suplai darah dari a. ovarica yang berasal dari aorta
pada tingkat a. renalis.
Vena ovarica di sisi kanan mengalirkan darah ke vena
cava inferior dan v. renalis sinistra
di sisi kiri.
Aliran limfe berjalan ke nodus limfatikus aorticus
pada tingkat a.v. renalis, mengikuti aturan umum bahwa aliran limfe menyertai
aliran vena dari suatu organ.
Suplai saraf berasal dari plexus aorticus (T-10).
Semua struktur di atas masuk ke ovarium melalui
lig.infundibulopelvicum.
Struktur
Ovarium memiliki dua (2) lapis jaringan yaitu medulla (dibagian tengah, mengandung
jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf) dan cortex (bagian tepi, mengandung epitel germinal/cikal bakal ovum
dan berisi sel-sel folikel dalam beberapa tingkat pertumbuhan). Ovarium tidak
memiliki selubung peritoneum; lapisan serosa berakhir pada perlekatan
mesovarium. Perlekatan ini berisi jaringan ikat stroma mengandung folikel
dengan variasi tingkat fase perkembangan, folikel De Graaf, corpus luteum dan
corpus albicans.
Permukaan ovarium pada kanak-kanak diselubungi sel-sel
berbentuk kubus disebut epitel germinal. Folikel primordial diketahui
berkembang dalam ovarium pada kehidupan awal fetus dan tidak terjadi
diferensiasi. Pada kehidupan dewasa, epitel germinal tidak tampak lagi dan
meninggalkan kapsula yang disebut tunica albuginea.
Setelah menopause, ovarium mengecil dan mengkerut;
pada usia tua folikel tidak kelihatan lagi.
Fascia
Endopelvis dan Ligamenta Pelvica
Fascia pelvis adalah terminologi terapan untuk
jaringan ikat dasar pelvis yang menutupi m. levator ani dan m. obturator
internus. Fascia endopelvis adalah jaringan extraperitonealis dari uterus
(parametrium), vagina, vesica urinaria dan rectum. Dalam fascia endopelvis
terdapat tiga jaringan ikat penting yang menyokong viscera pelvis dari dinding
pelvis. Ketiga jaringan itu adalah:
- Lig.
cardinale (lig. transversocervicale, atau lig. Mackenrodt’s). Ligamentum
ini berjalan di lateral dari cervix uteri dan bagian atas vagina menuju
sisi dinding pelvis sepanjang batas perlekatan m. levator ani, disusun
atas jaringan ikat fibrosa putih dengan beberapa serabut otot polos dan
ditembus pada bagian atasnya oleh uterus.
- Lig.
uterosacralis, yang berjalan ke posterior dari aspek postero-lateral
cervix pada tingkat isthmus dan dari fornix lateral vagina profunda menuju
lipatan peritoneum uterosacralis pada batas-batas lateral kantung Dauglas.
Ligamentum ini dilekatkan ke periosteum di anterior articulatio
sacroiliaca dan bagian lateral sacrum bagian ketiga.
- Fascia
pubocervicalis, meluas ke anterior dari lig. cardinale menuju os pubis di
sisi-sisi vesica urinaria untuk melakukan fungsi penyokong.
Ketiga
ligamentum ini beraksi sebagai penyokong bagi cervix uteri dan tabung vagina,
dalam hubungannya dengan otot-otot elastis penting sebagai penahannya yang
dilakukan oleh m. levator ani. Jika terjadi prolapsus viscera, ligamenta ini
memanjang (dapat menjadi 15 cm=6 inci) dan beberapa operasi perbaikan
harus melibatkan ligamenta ini.
Dua pasang ligamenta yang perlekatannya dari uterus:
- Lig.
latum (lig. broad) merupakan lipatan peritoneum yang menghubungkan batas
lateral uterus dengan sisi dinding pelvis pada masing-masing sisi. Uterus
dan lig. latum kemudian menyilang dasar pelvis dan membagi menjadi bagian
anterior yang berisi vesica urinaria, excavatio vesicouterina, dan bagian
posterior yang berisi rectum (kantung Dauglas=excavatio rectouterina).
Lig. latum
mengandung:
-
Tuba uterina
pada ujung bebasnya
-
Ovarium,
dilekatkan oleh mesovarium menuju aspek posterior
-
Lig. teres
uteri (round ligament)
-
Lig. ovarii
proprium, menyilang dari ovarium menuju cornu uteri
-
a.v. uterina
dan cabang-cabang a.v. ovarica
-
Pembuluh
limfe dan serabut-serabut saraf
Ureter
berjalan ke depan menuju vesica urinaria menuju ke ligamentum ini dan ke
lateral menuju fornix lateral vagina.
- Lig.
teres uteri, merupakan pita fibromuskular berjalan dari sudut lateral
uterus dalam lapisan lig. latum menuju anulus inguinalis profunda;
kemudian melintasi canalis inguinalis menuju labia majora. Lig. teres
uteri bersama dengan lig. ovarii proprium ekuivalen dengan gubernaculum
testis pada pria dan diperkirakan sebagai jalur gonad wanita, tetapi pada
kenyataannya tidak ada desensus ke labia majora (homolog dengan scrotum
pada pria).
shiipph.. lanjutkaannn.
BalasHapussering mampir in my blog, :)
iyaaa makasihh ya :)
BalasHapus